Gangguan
konversi memberikan kesempatan besar bagi Freud untuk menggali konsep
ketidaksadaran dan mengembangkan sebagian besar konsep utama psikoanalisis.
Dalam Studies
in Hysteria, Breuer dan Freud berpendapat bahwa gangguan konversi terjadi
ketika seseorang mengalami suatu kejadian yang menciptakan ketegangan emosi
yang sangat besar, namun afeknya tidak diekspresikan dan ingatan tentang
kejadian tersebut dipisahkan dari pengalaman kesadaran. Simtom-simtom konversi
spesifik dianggap berkaitan secara kausal dengan kejadian traumatik yang
mengawalinya.
Dalam
berbagai tulisan selanjutnya Freud menyajikan hipotesis bahwa gangguan konversi
pada perempuan berakar pada kompleks Electra di masa awal yang tidak
terselesaikan. Anak perempuan secara seksual menjadi lekat dengan ayahnya, dan
jika orang tuanya merespons perasaan tersebut dengan keras dan ketidaksetujuan,
impuls-impuls awal tersebut ditekan. Akibatnya adalah preukopasi pada seks dan
pada saat yang sama menghindarinya. Pada periode lanjut dalam kehidupan orang
yang bersangkutan, kepuasan seksual atau beberapa peristiwa kebetulan
membangkitkan impuls-impuls yang ditekan tersebut dan menyebabkan kecemasan.
Kecemasan kemudian diubah atau dikonversikan menjadi simtom-simtom fisik.
Dengan demikian, keuntungan primer gangguan konversi adalah penghindaran dari
konflik Electra yang tidak terselesaikan dan dari impuls-impuls id yang
sebelumnya ditekan. Freud mengungkapkan bahwa bisa saja juga terdapat
keuntungan sekunder atau penguatan dari simtom-simtom tersebut; simtom-simtom
itu dapat membuat pasien menghindar atau lari dari situasi kehidupan saat ini
yang tidak menyenangkan atau untuk mendapatkan perhatian dari orang lain.
Interpretasi
psikodinamika yang lebih kontemporer terhadap satu bentuk gangguan konversi,
kebutaan histerikal, dilandasi oleh studi ekserimental mengenai orang-orang
yang mengalami kebutaan histerikal yang perilakunya pada tes visual menunjukkan
bahwa mereka dipengaruhi oleh stimuli tersebut walaupun secara eksplisit mereka
mengingkari bahwa mereka melihat stimuli tersebut.