Gangguan dengan
karakteristik munculnya satu atau beberapa simtom neurologis yang tidak dapat
dijelaskan dengan penjelasan medis maupun neurologis yang ada. Pada gangguan
ini faktor psikologis berkaitan erat dengan awal dan keparahan gangguan. Kriteria
DSM-IV-TR untuk Gangguan Konversi :
- Satu simtom atau lebih yang mempengaruhi fungsi motorik dan sensori serta mengindikasikan kondisi neurologis atau medis
- Simtom mempunyai kaitan dengan konflik atau stress
- Simtom tidak terjadi dengan disengaja dan tidak dapat dijelaskan secara medis
Dalam gangguan konversi,
simtom-simtom sensori atau motorik, seperti kehilangan penglihatan secara
mendadak atau kelumpuhan, mengindikasikan suatu penyakit yang terkait dengan
kerusakan neurologis atau sejenisnya, walaupun organ-organ tubuh dan sistem
saraf dalam kondisi baik. Individu dapat mengalami kelumpuhan separuh atau
seluruhnya pada lengan atau kaki; kejang dan gangguan koordinasi; kulit terasa
tertusuk, perih atau menggeletar; insensitivitas terhadap rasa sakit; hilang
atau lemahnya pengindraan,yang disebut anesthesia, walaupun secara
fisiologis mereka normal. Penglihatan dapat mengalami kerusakan parah; orang
yang bersangkutan dapat separuh atau sepenuhnya buta (tunnel vision),
dimana bidang penglihatan menjadi terbatas seperti bila seseorang melihat
melalui lobang pipa. Aphonia, hilangnya suara dan hanya bisa berbicara
dengan berbisik, dan anosmia, hilang atau melemahnya indra penciuman,
atau simtom-simtom konversi lain.
Sifat psikologis dari
simtom-simtom konversi juga tercermin dalam fakta munculnya simtom-simtom
tersebut secara mendadak dalam berbagai situasi penuh stress, yang seringkali
memungkinkan individu menghindari beberapa aktivitas atau tanggung jawab atau
mendapatkan perhatian yang sangat diinginkan. Istilah konversi bermula dari
Freud, yang berpendapat bahwa energi insting yang ditekan dialihkan ke dalam
saluran sensori-motorik dan mengganggu fungsi normal. Dengan demikian,
kecemasan dan konflik psikologis diyakini diubah menjadi simtom-simtom fisik.
Beberapa orang yang menderita gangguan konversi dapat terlihat puas, bahkan
tenang, dan terutama tidak ingin sembuh dari simtom-simtom yang mereka alami,
juga tidak mengaitkan simtom-simtom tersebut dengan situasi apapun yang penuh
stress yang mereka alami.
Simtom-simtom konversi biasanya berkembang pada masa remaja atau dewasa
awal, umumnya setelah terjadinya suatu stress kehidupan. Suatu episode dapat
berakhir secara mendadak, namun cepat atau lambat gangguan tersebut kemungkinan
akan kembali, baik dalam bentuk awalnya atau dalam suatu simtom yang memiliki
sifat dan tempat yang berbeda. Gangguan konversi juga sering kali komorbid
dengan berbagai diagnosis lain pada Aksis I, contohnya, depresi dan
penyalahgunaan zat, dan dengan gangguan kepribadian, terutama gangguan
kepribadian ambang dan histrionik