Teori Psikodinamika
Teori prespektif tentang gangguan mood ini meyakini bahwa
depresi mewakili kemarahan yang diarahkan ke dalam diri sendiri dan bukan
terhadap orang-orang yang dikasihi. Rasa marah dapat diarahkan pada self
setelah mengalami kehilangan yang sebenarnya atau ancaman kehilangan dari
orang-orang yang dianggap penting. Para teoritikus psikodinamika lebih berfokus
pada hilangnya self esteem yang dapat muncul saat orang kehilangan teman atau
anggota keluarga ataupun mengalami kemunduran atau kehilangan pekerjaan.
Teori Humanistik
Menurut kerangka humanistik,dengan ( gangguan mood )
orang menjadi depresi saat mereka tidak dapat mengisi keberadaan mereka dengan
makna dan tidak dapat membuat pilihan-pilihan uatentik yang menghasilkan
self-fulfillment. Pencarian akan makna memberikan warna dan arti bagi kehidupan
manusia. Perasaan bersalah dapat timbul saat orang percaya bahwa mereka tidak
membangkitkan potensi-potensi mereka. Para tokoh teori humanistik memiliki
fokus yang sama dengan teoritikus psikodinamik tetapi lebih menghubungkan
identiras personal dan rasa self-worth seseorang dengan peran-peran sosialnya
sebagai orang tua, pasangan, pelajar, atau pekerja.
Teori Belajar
Teoritikus belajar lebih
memikirkan faktor-faktor situasional seperti kehilangan reinforcement
positif. Peter Lewinsohn (1974) menyatakan bahwa depresi dihasilkan dari ketidakseimbangan
antara output perilaku dan input reinforcement yang berasal dari lingkungan.
Kurangnya reinforcement untuk usaha seseorang dapat menurunkan motivasi dan
menyebabkan perasaan depresi.
Teori Kognitif ( gangguan mood )
Aaron Beck menghubungkan pengembangan depresi dengan adopsi dari cara
berpikir yang bias atau terdistorsi secara negatif di awal kehidupan. Teori
kognitif meyakini bahwa orang yang mengadopsi cara berpikir negatif memiliki
resiko yang lebih besar untuk menjadi depresi bila dihadapkan pada pengalaman
hidup yang menekan atau mngecewakan seperti mendapat nilai buruk tau kehilangan
pekerjaan.