GANGGUAN IDENTITAS GENDER ATAU JENIS KELAMIN
Identitas Gender adalah keadaan psikologis yang merefleksikan perasaan dalam diri seseorang berkaitan dengan keberadaan diri sebagai laki-laki atau perempuan. Ini sangat berkaitan dengan budaya, berkenaan dengan serangkaian sikap,
pola perilaku, dan atribut lain yang biasanya dihubungkan dengan maskulinitas atau femininitas. Sedangkan Peran Gender adalah perilaku eksternal yang merefleksikan perasaan dalam diri seseorang tentang identitasnya. Istilah ini harus dibedakan dari orientasi seksual, yaitu kecenderungan respons-erotik seseorang (misal: homoseksual atau heteroseksual), dan mempengaruhi pilihan obyek serta kehidupan fantasinya (Kaplan, Sadock, & Grebb, 1994).
pola perilaku, dan atribut lain yang biasanya dihubungkan dengan maskulinitas atau femininitas. Sedangkan Peran Gender adalah perilaku eksternal yang merefleksikan perasaan dalam diri seseorang tentang identitasnya. Istilah ini harus dibedakan dari orientasi seksual, yaitu kecenderungan respons-erotik seseorang (misal: homoseksual atau heteroseksual), dan mempengaruhi pilihan obyek serta kehidupan fantasinya (Kaplan, Sadock, & Grebb, 1994).
Gangguan identitas gender, biasanya dikenal dengan istilah transeksualisme, memiliki karakteristik perasaan yang menetap dalam diri seseorang tentang ketidaknyamanan memiliki jenis kelamin (biologis) mereka, dan peran gender yang sesuai dengan jenis kelamin tersebut (Kaplan, Sadock, & Grebb, 1994). Mereka tidak menyukai pakaian dan aktivitas yang sesuai dengan jenis kelamin mereka. Bukti-bukti anatomi mereka (alat kelamin normal dan karakteristik jenis kelamin sekunder yang umum, seperti tumbuhnya cambang pada laki-laki, dan membesarnya payudara pada wanita) tidak membuat mereka merasa bahwa mereka adalah orang dengan gender yang dapat dilihat orang lain pada mereka. Seorang laki-laki dapat menatap dirinya di cermin, melihat tubuh biologis seorang laki-laki, namun secara pribadi merasa bahwa tubuh tersebut dimiliki oleh seorang perempuan. Ia bisa mencoba berpindah ke kelompok gender yang berbeda dan bahkan dapat menginginkan operasi untuk mengubah tubuhnya agar sesuai dengan identitas gendernya. Istilah sehari-hari, mereka inilah yang sering disebut sebagai ”waria”, ”wadam”, ”banci”, ”bencong”, biasanya gangguan ini muncul sejak masa kanak-kanak. Pada anak-anak munculnya gangguan ini antara lain pada saat usia 2-4 tahun (Green & Blanchard, dalam Davison & Neale, 2001), yang biasanya menyertai gangguan kecemasaan untuk berpisah (Separation Anxiety) (Bradley & Zucker, dalam Davison & Neale, 2001). Data menunjukkan bahwa gangguan identitas gender enam kali lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan (Zucker, Bradley dan Sanikhani, dalam Davison & Neale, 2001). Gangguan identitas gender harus dibedakan dari transvestis, dimana individu yang transvestis-meskipun mengenakan pakaian lawan jenisnya-tidak mengidentifikasikan diri mereka sebagai jenis kelamin yang berbeda dengan jenis kelamin biologisnya.
Anak laki-laki mulai menunjukkan gangguan ini sebelum usia 4 tahun dan konflik dengan teman sebaya mulai berkembang pada masa awal sekolah, sekitar 7-8 tahun. Perilaku yang feminin dari anak laki-laki mungkin berkurang seiring dengan meningkatnya usia, terutama jika dilakukan usaha untuk menguranginya.