TRAVEL, EVENT, WEDDING, WISATA, SEWA, JUAL BELI. Bagi kita yang ingin melakukan kegiatan khususnya di bandung, maka kita harus sudah faham tentang apa yang mau kita lakukan terkait kegiatan di bandung itu. Memahami semua jenis kegiatan yang mau kita lakukan bisa menjadi sangat penting, agar kita tidak kebingungan saat melakukan kegatan itu.
Event Wedding OrganizerORGANIZER EVENT WEDDING
Jika kita tidak cukup faham tentang kegiatan yang mau kita lakukan di bandung lebih baik kita menggunakan jasa Event organizer bandung / Wedding Organizer bandung untuk menghandle seluruh kegiatan di bandung itu. Dengan dukungan dari event organizer, maka semua kegiatan bisa dibantu, mulai dari persiapan, pelaksanaan, bahkan sampai akhir event. Wedding juga begitu, di bandung acara wedding sangat butuh persiapan yang matang juga. Wedding organizer jadi dibutuhkan untuk itu.
Home » »

Ciri-ciri Klinis Gangguan Identitas Gender


Ciri-ciri Klinis Gangguan Identitas Gender


1. Identitas yang kuat dan persisten terhadap gender lainnya. Setidaknya 4 dari 5 ciri diperlukan untuk memberikan diagnosis pada anak-anak :
a) Ekspresi yang berulang-ulang dari hasrat untuk menjadi anggota dari gender lainnya (ekspresi dari kepercayaan bahwa dirinya adalah bagian dari gender lain).
b) Preferensi untuk mengenakan pakaian yang merupakan stereotipikal dari gender lainnya.
c) Adanya fantasi yang terus menerus mengenai anggota dari gender lain, atau asumsi memainkan peran yang dilakukan oleh anggota gender lain dalam permainan “pura-pura”.
d) Hasrat untuk berpartisipasi dalam aktifitas waktu luang dan permainan yang merupakan stereotip dari gender lain.
e) Preferensi yang kuat untuk memilki teman bermain dari gender lainnya (pada usia dimana anak-anak biasanya memilih teman bermain dari gendernya sendiri).
Remaja dan orang dewasa biasanya mengekspresikan keinginan untuk menjadi bagian dari gender lainnya, sering kali “berperilaku” sebagai anggota gender lainnya, dan berharap untuk hidup sebagai bagian dari gender lainnya, atau percaya bahwa emosi dan perilaku mereka setipe dengan gender lainnya.
2. Perasaan tidak nyaman yang kuat dan terus ada dengan anatomi gendernya sendiri atau dengan perilaku yang merupakan tipe dari peran gendernya.
Pada anak-anak ciri-ciri ini biasanya muncul : anak laki-laki mengutarakan bahwa alat genital eksternal mereka menjijikkan, atau akan lebih baik jika tidak memilikinya, menunjukkan penolakan pada mainan laki-laki, permainan maskulin dan permainan yang kasar serta jungkir balik. Anak perempuan memilih untuk tidak buang air kecil sambil duduk, menunjukkan keinginan untuk tidak menumbuhkan payudara atau menstruasi, atau menunjukkan penolakan pada pakaian feminim.
Remaja dan dewasa biasanya menunjukkan bahwa mereka dilahirkan dengan gender yang salah dan mengekspresikan harapan untuk intervensi medis (misalnya penanganan hormon atau pembedahan) untuk menghilangkan karakteristik seksual mereka dan untuk meniru karakteristik dari gender lainnya.
3. Tidak ada “kondisi interseks”, seperti anatomi seksual yang ambigu, yang membangkitkan perasaan-perasaan tersebut.
4. Ciri-ciri tersebut menimbulkan distress yang serius atau hendaya pada area penting yang terkait dengan pekerjaan, sosial, atau fungsi lainnya.
A.2 Penyebab Gangguan Identitas Gender :
a. Sudut Pandang Biologis
Munculnya gangguan identitas gender sangat berkaitan dengan hormon dalam tubuh. Tubuh manusia menghasilkan hormon testosteron yang mempengaruhi neuron otak, dan berkontribusi terhadap maskulinitas otak yang terjadi pada area seperti hipotalamus, dan sebaliknya dengan hormon feminin. Hingga saat ini, pengaruh hormon terhadap munculnya gangguan masih terjadi kontroversi (Kaplan, Sadock, & Grebb, 1994; Davison & Neale, 2001).
b. Sudut Pandang Psikososial
Seorang anak akan mengembangkan identitas gendernya selaras dengan apa yang diajarkan pada mereka selama pengasuhan. Pendekatan psikososial, terbentuknya gangguan identitas gender dipengaruhi oleh interaksi temperamen anak, dan sikap orang tua. Secara budaya, masih terdapat larangan bagi anak laki-laki untuk menunjukkan perilaku feminin, dan anak perempuan menjadi tomboi, termasuk dengan pembedaan terhadap pakaian dan mainan untuk anak laki-laki dan anak perempuan (Kaplan, Sadock, & Grebb, 1994).
Hipotesis lain adalah bahwa perilaku feminin yang stereotip pada anak laki-laki didorong oleh ibu, yang sejak sebelum kelahiran anak sangat menginginkan anak perempuan. Hipotesis ini mandapat tentangan hingga kini (Davison & Neale, 2001).
A.3 Intervensi Gangguan Identitas Gender :
a. Perubahan Tubuh
Seharusnya didahului dengan psikoterapi, dengan fokus terapi pada kecemasan dan depresi yang dialami dan kemungkinan yang tersedia bagi orang yang mengubah tubuhnya. Perubahan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya elektrolisis untuk menghilangkan rambut di bagian dada pria, operasi untuk mengubah ukuran jakun, dll (Davison & Neale, 2001).
b. Operasi Pergantian Jenis Kelamin
Cara ini adalah suatu proses dimana alat genital diubah untuk dibuat menyerupai alat kelamin lawan jenis (Davison & Neale, 2001). Ini tidak dapat diubah lagi, maka ada proses yang harus dilalui, meliputi percobaan hidup dengan jenis kelamin yang diharapkan selama setidaknya 3 bulan, dan juga pasien harus melakukan terapi hormon (Kaplan, Sadock, & Grebb, 1994).
c. Terapi Hormon
Yaitu pemberian hormon estrogen untuk orang yang jenis kelaminnya (biologis) pria, dan hormon testosteron untuk perempuan (Kaplan, Sadock, & Grebb, 1994).
d. Mengubah Identitas Gender
Identitas gender yang dimiliki mungkin dapat diubah, sehingga sesuai dengan jenis kelamin biologisnya. Hal ini cukup sulit dan sering gagal sehingga kebanyakan penanganan yang dilakukan adalah dengan mengubah jenis kelamin (biologis) (Davison & Neale, 2001).

Artikel yang berhubungan: