TRAVEL, EVENT, WEDDING, WISATA, SEWA, JUAL BELI. Bagi kita yang ingin melakukan kegiatan khususnya di bandung, maka kita harus sudah faham tentang apa yang mau kita lakukan terkait kegiatan di bandung itu. Memahami semua jenis kegiatan yang mau kita lakukan bisa menjadi sangat penting, agar kita tidak kebingungan saat melakukan kegatan itu.
Event Wedding OrganizerORGANIZER EVENT WEDDING
Jika kita tidak cukup faham tentang kegiatan yang mau kita lakukan di bandung lebih baik kita menggunakan jasa Event organizer bandung / Wedding Organizer bandung untuk menghandle seluruh kegiatan di bandung itu. Dengan dukungan dari event organizer, maka semua kegiatan bisa dibantu, mulai dari persiapan, pelaksanaan, bahkan sampai akhir event. Wedding juga begitu, di bandung acara wedding sangat butuh persiapan yang matang juga. Wedding organizer jadi dibutuhkan untuk itu.
Home » , »

Teologi Pembebasan | religi


Teologi Pembebasan | religi


Teologi Pembebasa
Muhammad, di antara manusia
lain, bagaikan sebuah permata di
antara batu-batuan (Syair Arab). ( Teologi Pembebasan )
Maulid Nabi Muham -
mad SAW diperi -
ngati sebagai hari
lahir Nabi Muham -
mad SAW, penutup
para Nabi, yang pa -
ling sempurna dari seluruh makhluk
Allah
dan kekasih Tuhan. ( Teologi Pembebasan ) Dalam ta -
hun hijriyah, tepat pada 12 Rabiul
Awal, Nabi Allah Muhammad yang
pe nuh berkah dilahirkan di sebuah
Kota Makkah. Di kota suci tersebut,
terdapat Ka’bah yang dibangun oleh
Nabi Ibrahim, bapak agama mono -
teisme dan leluhur bangsa Arab serta
Yahudi. Namun, pusat agama kuno
ini tetap bersebelahan dengan panggung
utama peradaban manusia dan
me rupakan ajang pertarungan ber -
bagai kekuasaan besar dunia. Peris -
tiwa-peristiwa utama dalam sejarah
di daerah ini, yaitu penaklukan Ke -
ra jaan Babilonia oleh Cyrus dan
berdirinya Kerajaan Romawi, kela -
hir an dan penyaliban Kristus, ber -
akhir nya peradaban Mesir Kuno, ke -
hancuran Kenisah Yerusalem, ber -
di rinya Kerajaan Bizantium, dan pe -
perangan terus-menerus dengan
bangsa Persia hingga ke daerah Timur,
turut mewarnai Kota Makkah.
Sayyed Hossen Nasr dalam Mu -
ham mad Man of Allah (1982) mencatat
bahwa lebih dari seribu tahun
di Arabia, ajaran monoteistik telah
di tinggalkan. Mayoritas bangsa Arab
telah jatuh ke dalam jurang ke mus -
yrikan yang paling buruk. Mereka
telah melupakan kebenaran dan
teng gelam dalam zaman kejahilan
(ja hiliyah) yang menjadi latar bela -
kang lahirnya Islam. Satu-satunya
pe ngecualian, di samping sejumlah
ke cil umat Kristen dan Yahudi yang
berdiam di Arabia, adalah terdapat
be berapa orang yang menyendiri dan
yang ingat terhadap ajaran asal Nabi
Ibrahim, yaitu orang-orang yang di -
sebut Alqur’an sebagai kaum hanif
atau hunafa.
Maka, lahirlah Muhammad yang
tidak hanya menjadi nabi dan rasul
Allah, tetapi juga kekasih Allah dan
rahmat yang dikirimkan ke muka
bumi, sebagaimana disebutkan da lam
Alquran (21: 107), Dan tidaklah kami
utus engkau (Muhammad), kecuali
sebagai rahmat bagi sekalian alam.
Karena, Muhammad adalah nabi
yang lahir dengan spirit teologi pembebasan
(liberation theology). Islam
yang diturunkan Allah melalui Mu -
hammad adalah agama yang membebaskan
kaum tertindas, mengang -
kat derajat orang-orang yang kalah,
dan membebaskan umat manusia
dari hegemoni tradisi dan sistem
yang membelenggu.
Ada pendapat yang menarik dari
Thoha Husein, seorang intelektual
dari Mesir dalam Al Fitnatul Kubro
yang dikutip oleh Novriantoni
(2002). Apa reaksi kaum Quraisy se -
kiranya Nabi SAW hanya menganjurkan
prinsip tauhid? Menurut Tho -
ha, andaikan Muhammad hanya
mem bawa tauhid, minus sis tem sosi -
al dan ekonomi, tentu banyak orang
Quraisy menyambut seruan Muham -
mad dengan mudah. Thoha beralas -
an bahwa orang Quraisy pada haki -
katnya tidak secara penuh percaya
berhala dan juga tidak benar-benar
mempertahankan ‘tuhan-tuhan’
mereka itu. Berhala-berhala itu ha -
nya sekadar alat, bukan tujuan. Alat
untuk mengelabui semua orang Arab
agar mudah ditipu dan diperas.
Orang yang menilai bahwa Nabi ha -
nya menyeru Tauhid sebagai lawan
tan ding Ta’addud (politeis), panutan
Arab kala itu tentu keberatan de -
ngan pendapat Thoha. Tapi, bila
struk tur sosial, budaya, politik, dan
eko nomi Arab pra-Islam ditilik lebih
cer mat, tentulah pendapat itu tidak
mengejutkan.
Sebelum lahir seorang bayi ber -
na ma Muhammad atau sekitar 14
abad yang silam, ada tiga wilayah
yang menjadi ikon peradaban dunia
dengan ciri khas masing-masing,
yakni Romawi Timur, Persia, dan In -
dia (Mushaffa Ibnu Dja’far: 2006).
Ro mawi Timur (Imperium Byzan ti -
um) dengan bala tentaranya yang
ma hadahsyat berhasil menguasai
Yunani, Balkan, sebagian besar Asia,
negara di sekitar laut tengah, Mesir,
dan seluruh Afrika bagian utara.
Mes ki wilayah kekuasaannya m e -
rambah ke berbagai belahan bumi,
keterpurukan melanda di manamana.
Terjadi perang dingin antar -
pemeluk mazhab beragama.
Terbaginya masyarakat pada stra -
ta tertentu membuat kesenjang an so -
sial begitu menganga. Eko nomi pun
menjadi carut-marut sehingga pe -
rang saudara antara rakyat dan ke -
kaisaran tak terhindarkan. Di Persia,
agama justru menjadi justifikasi
untuk berbuat semena-mena. Pe nin -
dasan terhadap kaum lemah pun me -
rajalela. Penguasa mengaku, mereka
merupakan keturunan tu han. Titah
raja pun harus disikapi se bagai titah
tuhan sehingga kepo ngah anlah yang
diperankan. Seluruh kekayaan alam
diakui menjadi milik penguasa. Rak -
yat menjadi korban pola hidup p e -
nguasa. Harta dan te naga rakyat di -
ekploitasi untuk ke pentingan orangorang
teras kekai saran.
Sementara itu, di India, segala se -
suatu yang menakjubkan, menarik,
bahkan berbagai macam fasilitas
menjadi sesembahan. Masing-ma -
sing punya tuhan yang berbeda. Sis -
tem kasta telah membunuh kemanusiaan
bangsa India. Penduduk kelas
satu (Kasta Brahmana) harus dimuliakan,
tidak boleh sengsara meski
pa ceklik melanda. Meski berbuat
salah, mereka tidak bisa disentuh
hu kum. Penduduk kelas dua (Kasta
Ksatria) terdiri atas prajurit perang.
Se dangkan, kelas tiga (Kasta Wai -
sha) adalah petani dan pedagang.
Sementara itu, kelas empat adalah
budak (Kasta Sudra) yang kedu duk -
annya begitu tidak bernilai. Bahkan,
dalam hukum, mereka lebih hina
dari binatang.
Muhammad adalah manusia bia -
sa. Namun, karena perjuangannya
me lampaui egoisme, Muhammad ma -
nu sia pun berubah menjadi Mu ham -
mad Nabi. Proses itulah yang membu
tuhkan pengorbanan besar dan
per juangan yang berdarah-da rah. Se -
hingga, tidak ada umat ma nusia yang
melebihi penderitaan yang di pi kul
Nabi Muhammad. Tidak ada ke seng -
saraan di muka bumi ini sebagai mana
dalam sejarah hi dup Mu ham mad.
Dari pergulatan sosial dan pergulat -
an spiritual inilah, kemudian Allah
mengangkatnya menjadi utusan seka -
ligus pemimpin bagi umat manusia
menuju cakra wala ketuhanan.
Penghormatan terhadap Nabi
yang berjuang untuk umat manusia
dan menebar cinta untuk semesta
(rah matan lil ‘alamin) itulah yang
melahirkan peringatan Maulid Nabi.
Perayaan Maulid Nabi pertama kali
di perkenalkan oleh Abu Said al-
Qak buri, seorang gubernur Irbil,
Irak, pada masa pemerintahan Sul -
tan Salahuddin Al-Ayyubi (1138-
1193). Tujuannya adalah membang -
kitkan kecintaan kepada Nabi Mu -
ham mad SAW serta meningkatkan
semangat juang kaum Muslim saat
itu yang sedang terlibat dalam Pe -
rang Salib melawan Pasukan Kristen
Eropa dalam upaya memperebutkan
Kota Yerusalem. Pada masa itu, du -
nia Islam sedang mendapat serang -
an-serangan gelombang demi ge lombang
dari berbagai bangsa Eropa
(Prancis, Jerman, dan Inggris). Inilah
yang dikenal dengan Perang Salib
atau The Crusade. Pada tahun 1099,
laskar Eropa merebut Yerusalem dan
mengubah Masjid Al-Aqsa menjadi
gereja! Umat Islam saat itu kehi lang -
an semangat perjuangan (jihad) dan
persaudaraan (ukhuwah). ini disebabkan
umat Islam secara politis terpecah-
belah dalam banyak kerajaan
dan kesultanan meskipun khalifah
te tap satu, yaitu Bani Abbas di
Bagh dad, sebagai lambang persatuan
spiritual (Irfan Anshory: 2004).
Semoga peringatan Maulid Nabi
kali ini benar-benar memancarkan
teologi pembebasan yang membebaskan
bangsa Indonesia dari segala
problematika dan dialektika penghancuran
serta selamat dari malape
taka yang mengancam kehidupan
anak-anak bangsa.
Gugun El-Guyanie
------------------------------------------------------
 Gugun El-Guyanie
Sekjen Lembaga Kajian Keagamaan dan
Kebangsaan (LK3) PW GP Ansor DIY                                                            Teologi Pembebasan

Artikel yang berhubungan: